Red Skull With Spear Through It

Kamis, 25 Oktober 2012

Batari Durga dalam beberapa Definisi

Menurut kepercayaan umat Hindu, Durga (Dewanagari: दुर्गा) adalah istri Siwa. Dalam agama Hindu, Dewi Durga (atau Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya). Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Ia memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada Dewi ini.

Arti nama

Dalam bahasa Sanskerta, durga berarti "yang tidak bisa dimasuki" atau "terpencil".


Kali (Hindi,=the Black One), adalah salah satu dewi yang populer dalam agama Hindu (India) dan tantra, dikenal juga sebagai dewi Durga atau Chandi (yang maha buas). Dewi Kali selalu diasosiasikan sebagai penyebar penyakit, kematian dan kerusakan.
Disebut pula dengan nama Pravati sebagai permaisuri Mahadewa Shiwa.
Dewi Kali juga dipuja sebagai mahadewi yang memberikan kekuatan khususnya bagi kalangan kasta rendah didaerah Bengal (India) dalam melakukan pemujaannya terhadapnya para pemuja kali akan mempersembahan kurban darah.
Secara etymology Kali adalah bentuk feminim dari kata Kala yang berarti waktu atau terkadang berarti pula sebagai “yang hitam”. dalam pengertian ini dewi Kali dianggap pula sebagai “ibu dari waktu”

Durga dalam versi Tantra

adalah Ibu Kebajikan, dipuja tidak saja oleh para dewa bahkan setan pun memujanya. Dari kisah Ramayana, dikabarkan bahwa Rama memuja Durga untuk dapat membunuh Rahwana.
Kemudian dalam Mahabrata, Kresna memuja Durga untuk dapat mengalahkan Kurawa, Vaishnavas juga memuja Durga sebagai Yoga Maya-nya Wisnu, dan Siwa sendiri memuja Durga sebagai Shakti.
Bahkan juga dipercaya, Durga adalah Mahamaya, akar sebab dan bentuk dunia.

Dan dalam Durga Saptathi, Durga memiliki 108 nama diyakini sebagai Ibu Pencipta.
Kemudian kepopuleran Durga dikisahkan dalam Markandeya Purana yang menceritakan manifestasi Durga sebagai kumpulan cahaya dari Siwa, Brahma, dan Wisnu, ditambah pula oleh para dewa lainnya.

Ini bermula, ketika para dewa marah akibat kelakuan seorang raksasa yang sakti mandraguna.

Maka, semua dewa mengeluarkan cahaya dari mulut mereka.
Kumpulan cahaya ini perlahan menjadi seorang dewi. Kemudian oleh Rama diberi rambut hitam panjang, oleh Wisnu diberi dua tangan, lalu Bulan memberi payudara, Indra memberi bagian tubuh tengah, paha diberikan oleh Baruna, pantatnya dari Dewa Surya, kaki dari Dewa Pertiwi, jari kaki dari Matahari, jari-jari tangan para penjaga delapan penjuru, dan matanya didapat dari tiga kepala Agni,.
Kemudian semua dewa melengkapi Durga dengan senjata, termasuk Yama sang dewa kematian. Melalui Markandeya Purana dapat diketahui bahwa Durga adalah simbol semua kekuatan penciptaan dan kekuatan gabungan ini akan muncul jika kekuatan jahat mengancam keberadaan ciptaan.
Jadi, Durga bertugas menghancurkan ketidakharmonisan dan menciptakan harmoni. Kelahiran Durga adalah untuk menciptakan aturan Dharma


DURGA DALAM DEFINISI LAIN

BATARI DURGA, sebenarnya, pada mulanya, adalah istri Batara Guru. Yakni waktu ia masih berwajah cantik, dan masih bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Suatu sore menjelang senja, Batara Guru dan Dewi Uma pergi menghibur diri menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam. Di atas lautan dekat Nusakambangan, sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya. Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini. Namun Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terns berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar. Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut.

Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu Andini kemudian saling memanas-manasi mereka. Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: "Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang...." Karena Dewi Uma memiliki kesaktian tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi. Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raseksi (raksasa perempuan).
Versi lain menyebutkan Batara Guru mengutuk Dewi Uma menjadi raksasa karena adanya pengaduan dari Hyang Wenang bahwa istrinya itu suka berbuat serong. Tetapi jarang ada dalang, baik dalang Wayang Kulit Purwa, maupun dalang Wayang Golek Purwa Sunda yang menganut versi ini.

Setelah Baling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya. Karena itu Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik tetapi berhati dengki dan culas. Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berujud raksasa itu, dan diberi nama Batari Durga.

Beberapa saat kemudian datanglah makhluk ganas yang berasal dari kama benih Batara Guru yang jatuh ke laut itu. Makhluk ini mengamuk di kahyangan lalu mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Tuntutan ini dikabulkan Batara Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayi(t), di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya.

Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi 'sesembahan' (yang disembah) oleh mereka yang memiliki sifat suka mengambil jalan pintas. Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan kemudian nyaris dapat menodai Subadra. (Lakon Sembadra Larung)
Lesmana Mandrakumara, putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna. Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira.

Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Batari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Batari Durga bersedia memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa sebagai kurban. Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Betari Durga itu. Namun ternyata akhirnya Batari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau Murwakala.

Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Batari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe, dan wanda Gedrug.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar