Hidup adalah sebuah panggung drama, Manusia sebagai pemainnya. Tuhan sebagai sutradara yang mengatur semua jalan ceritanya. Ikuti semua arahan dari Sang Sutradara 'Tuhan" dengan baik supaya cerita dan alur yang didapatkan benar-benar memukau. Jadi mainkan peranmu sebaik mungkin, entah itu sedih atau bahagia tetap perankan. Ingat!! Ini hanyalah sebuah Drama karena Kehidupan Yang Sebenarnya Akan Ada Setelah Drama Itu Selesai. The Real Life is Afterlife - inoy -
Selasa, 28 April 2015
MEMASUNG CEMBURU
“Kenapa kamu menutup matamu seperti itu?” sebuah suara di belakangku bertanya. Aku menoleh sedikit meskipun tak bisa melihat siapa yang berbicara, “Siapa itu?” tanyaku. “Aku…” jawab suara itu lagi. “Kamu ingin tahu?” tanyaku berbasa-basi. “Ya. Ceritakan padaku…” jawab suara itu lagi. AKu menghela nafas sejenak. Haruskah….? – pikirku. Namun terlambat bagiku untuk menolak karena aku pun telah telanjur menohok rasa ingin tahunya. “Memasung cemburu….” akhirnya aku menjawab.
“Kenapa begitu?” tanya suara itu lagi. “Begitu bagaimana?” tanyaku tidak mengerti. “Menutup matamu sedemikian rupa. Perlukah itu?” suara itu terdengar sedikit lebih dekat sekarang. Aku mengangguk, “Perlu sekali, karena dengan begini aku tak bisa melihat ketika dia sedang berjalan bersamanya, menggandeng tangannya atau mengecup bibirnya…” jawabku lirih. “Siapa?” tanya suara itu tepat di depan telingaku. Aku nyaris terlonjak, padahal dia hanya berbisik saja. “Dia…” jawabku ambigu. “Siapa?” suara itu bersikeras menanyakan. Aku terdiam sejenak, “Dia yang menguasai hati dan jiwaku tapi tak bisa aku miliki…” akhirnya aku menjawab dengan suara yang dibuat sewajar mungkin.
“Kenapa kamu mencemburuinya?” suara itu lagi-lagi bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Aku mendengus kecil, “Hmph… karena dia seperti bulan purnama. Terlihat begitu dekat, namun tak tergapai. Tak termiliki utuh. Hanya bisa dimiliki oleh malam…” jawabku putus asa. “Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan….” sambungku.
“Berhasilkah….?” suara kecil itu terdengar sedikit khawatir. Aku tersenyum getir sambil menggeleng, “Tidak…” jawabku pelan. “Sama sekali tidak….”
disunting dari :
https://btaridurga.wordpress.com/2015/04/06/memasung-cemburu/comment-page-1/#comment-79
Langganan:
Postingan (Atom)